Mengalirkan hidupku dalam rencana-Nya...
Terkadang banyak hal yang terjadi tak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Jangan kuatir, ikuti saja alurnya karena Tuhan memiliki rencana yang lebih baik dan telah dituliskan jauh sebelum kita lahir dan kemudian memiliki rencana di atas bumi-Nya.
Berencana menjadi psikolog sejak kecil, Allah kemudian menggariskan yang lain karena aku tidak diberi-Nya kesempatan sama sekali untuk menjadi seorang psikolog (sampai detik ini) entah belum.
Berencana sekolah dari TK hingga Kuliah di Sekolah dan Universitas Negeri, Allah pula-lah yang telah merencanakan masa kuliahku bukanlah di Universitas Negeri.
Berencana menjadi fotografer, alhamdulillah telah 5 tahun aku melalui fase itu. Namun akhir 2015 lalu, seolah mood foto-ku sedang berada diujung tanduk mungkin sedang bosan atau hal lain yang aku sendiri pun tidak dapat memahimnya.
Rencana demi rencana dibuat, difikirkan, diharapkan oleh jutaan umat manusia di muka bumi ini. Terkadang tak pernah terfikir bahwasanya adalah suatu Dzat Pemilik, Ia lah Sang Maha. Sang Maha membolak-balikan hati manusia.
Rencana yang diusahakan dengan sangat, lalu tak terwujud karena kerap kali manusia lupa berdoa dan meminta kepada sang Maha Punya.
Aku hidup telah hampir menginjak 23 tahun, di atas Bumi Allah. Menumpangkan kaki-ku menginjak bumi-Nya namun terkadang aku lupa bersyukur.
Terpaku pada rencana, yang tak membuahkan hasil, lalu kemudian berubah dengan seribu pertanyaan mengapa. Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Tanpa memikirkan, letak kesalahan adalah berada pada kakiku sendiri.
Langkah ini kau bawa kemana setiap saat feti? Apa saja yang telah kau lakukan untuk mewujudkan rencana-rencanamu? Gadis mama dan papa yang kini tengah beranjak dewasa.
Letak kesalahan ada pada tanganmu. Apa saja yang telah kau kerjakan untuk mewujudkan rencana-rencanamu?
Letak kesalahan ada pada matamu, hidungmu, kupingmu. Apa saja yang kau lihat, kau hirup dan kau dengar untuk agar mewujudkan semua rencana-rencanamu?
Letak kesalahan ini ada pada tubuhmu sendiri, bagaimana caranya supaya kau dapat menyuruh otakmu menggerakan seluruh anggota tubuhmu untuk menuju kepada sesuatu yang telah kau rencanakan.
Mustahil, ini bukan salahku. Ya,ini jelas salahmu.
Ketika kita mengeluh lalu kemudian Tuhan memberi jawaban. Ini jelas salahmu karena kau telah mengeluhkan yang telah digariskan padamu bukan memperbaiki diri agar yang telah digariskan ini mengarah kepada hal-hal yang kemudian dapat dikatakan lebih baik.
Detik ini, tepat 30 Januari 2016. Papa genap berusia 57 tahun, 1959 silam papa lahir. 2 tahun lebih dahulu mamaku lahir, 19 Januari 1957 mama lahir, dan mama genap berusia 59 tahun. Angka yang cantik bukan? kalau diperhatikan, angka usia dan tahun lahir mama papa tahun ini seperti bertukaran. Mama dan papa merencakan hanya memiliki dua orang anak saja, merekalah abang dan kakak perempuanku. Allah berkata lain lagi karena 8 tahun setelah kelahiran abangku, akulah yang kemudian harus lahir sebagai anak ketiga dari putri pasangan Ny. Rd Tien (Tine Surtini, nama mamaku kini) dan papaku Mahadi Achmad atau lebih akrab disapa Mahadi saja.
Rencana kemudian berubah lagi.
Anyway, happy 57th belated birthday my superduperhero. daddy!
Tepat 57 tahun usia papa kini, di hadapan laptop abangku. Aku sedang benar-benar merasa menjadi feti yang baru, setelah berlalu dua minggu yang lalu. Aku kini merasa menjadi seorang penulis, amatiran dan sangat pemula pastinya. Aku menulis mengalir saja seperti bagaimana aku melalui alur hidupku dalam rencana Tuhan. Meski aku senang menulis sejak kecil sekali namun tak pernah terbersit sedikitpun didalam rencana hidupku untuk menjadi seorang penulis. Allah-lah yang telah terlebih dahulu membuat rencana atas hidupku, meskipun hal ini sama sekali tak ada dalam rencanaku.
Pekerjaan yang telah kugeluti sebelumnya tidak aku tinggalkan, hanya saja aku sedang rehat sejenak dan membiarkan tangan serta kakiku bergerak menuju arah yang mereka mau tanpa perintah dari otakku.
Ini perintah hatiku...
Berencana menjadi psikolog sejak kecil, Allah kemudian menggariskan yang lain karena aku tidak diberi-Nya kesempatan sama sekali untuk menjadi seorang psikolog (sampai detik ini) entah belum.
Berencana sekolah dari TK hingga Kuliah di Sekolah dan Universitas Negeri, Allah pula-lah yang telah merencanakan masa kuliahku bukanlah di Universitas Negeri.
Berencana menjadi fotografer, alhamdulillah telah 5 tahun aku melalui fase itu. Namun akhir 2015 lalu, seolah mood foto-ku sedang berada diujung tanduk mungkin sedang bosan atau hal lain yang aku sendiri pun tidak dapat memahimnya.
Rencana demi rencana dibuat, difikirkan, diharapkan oleh jutaan umat manusia di muka bumi ini. Terkadang tak pernah terfikir bahwasanya adalah suatu Dzat Pemilik, Ia lah Sang Maha. Sang Maha membolak-balikan hati manusia.
Rencana yang diusahakan dengan sangat, lalu tak terwujud karena kerap kali manusia lupa berdoa dan meminta kepada sang Maha Punya.
Aku hidup telah hampir menginjak 23 tahun, di atas Bumi Allah. Menumpangkan kaki-ku menginjak bumi-Nya namun terkadang aku lupa bersyukur.
Terpaku pada rencana, yang tak membuahkan hasil, lalu kemudian berubah dengan seribu pertanyaan mengapa. Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Tanpa memikirkan, letak kesalahan adalah berada pada kakiku sendiri.
Langkah ini kau bawa kemana setiap saat feti? Apa saja yang telah kau lakukan untuk mewujudkan rencana-rencanamu? Gadis mama dan papa yang kini tengah beranjak dewasa.
Letak kesalahan ada pada tanganmu. Apa saja yang telah kau kerjakan untuk mewujudkan rencana-rencanamu?
Letak kesalahan ada pada matamu, hidungmu, kupingmu. Apa saja yang kau lihat, kau hirup dan kau dengar untuk agar mewujudkan semua rencana-rencanamu?
Letak kesalahan ini ada pada tubuhmu sendiri, bagaimana caranya supaya kau dapat menyuruh otakmu menggerakan seluruh anggota tubuhmu untuk menuju kepada sesuatu yang telah kau rencanakan.
Mustahil, ini bukan salahku. Ya,ini jelas salahmu.
Ketika kita mengeluh lalu kemudian Tuhan memberi jawaban. Ini jelas salahmu karena kau telah mengeluhkan yang telah digariskan padamu bukan memperbaiki diri agar yang telah digariskan ini mengarah kepada hal-hal yang kemudian dapat dikatakan lebih baik.
Detik ini, tepat 30 Januari 2016. Papa genap berusia 57 tahun, 1959 silam papa lahir. 2 tahun lebih dahulu mamaku lahir, 19 Januari 1957 mama lahir, dan mama genap berusia 59 tahun. Angka yang cantik bukan? kalau diperhatikan, angka usia dan tahun lahir mama papa tahun ini seperti bertukaran. Mama dan papa merencakan hanya memiliki dua orang anak saja, merekalah abang dan kakak perempuanku. Allah berkata lain lagi karena 8 tahun setelah kelahiran abangku, akulah yang kemudian harus lahir sebagai anak ketiga dari putri pasangan Ny. Rd Tien (Tine Surtini, nama mamaku kini) dan papaku Mahadi Achmad atau lebih akrab disapa Mahadi saja.
Rencana kemudian berubah lagi.
Anyway, happy 57th belated birthday my superduperhero. daddy!
Tepat 57 tahun usia papa kini, di hadapan laptop abangku. Aku sedang benar-benar merasa menjadi feti yang baru, setelah berlalu dua minggu yang lalu. Aku kini merasa menjadi seorang penulis, amatiran dan sangat pemula pastinya. Aku menulis mengalir saja seperti bagaimana aku melalui alur hidupku dalam rencana Tuhan. Meski aku senang menulis sejak kecil sekali namun tak pernah terbersit sedikitpun didalam rencana hidupku untuk menjadi seorang penulis. Allah-lah yang telah terlebih dahulu membuat rencana atas hidupku, meskipun hal ini sama sekali tak ada dalam rencanaku.
Pekerjaan yang telah kugeluti sebelumnya tidak aku tinggalkan, hanya saja aku sedang rehat sejenak dan membiarkan tangan serta kakiku bergerak menuju arah yang mereka mau tanpa perintah dari otakku.
Ini perintah hatiku...
Komentar
Posting Komentar